Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

gabunglah dengan ribuan orang pecinta "HIDUP sehat"

Cara Menentukan Dosis Pestisida ala Petani

Written By Admin on Monday, 27 February 2012 | 18:28

Tepat dosis, salah satu kunci keberhasilan dalam penggunaan pestisida. Mengapa? Karena setiap pestisida mengandung bahan aktif yang memiliki tingkat toksisitas tertentu. Penggunaannya akan efektif jika kadar bahan aktif yang diaplikasikan sesuai dengan sasaran. Jika dosisnya berlebih, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sasaran kemungkinan besar akan mati. Namun efek sampingnya terlalu besar. Makhluk hidup lain yang terkena paparan pestisida juga akan mati atau keracunan. Padahal makhluk hidup yang berada di sekitar tanaman berperan penting dalam menjaga ekosistem. Musuh alami akan mati, tanah dan air bisa teracuni. Bahan aktifnya bisa menempel pada tanaman dan kemungkinan terburuknya, sang petani penyemprot justru keracunan.

Jika dosisnya kurang dari anjuran, kemungkinan OPT tidak akan mati. Hanya mabuk sesaat, kemudian pulih lagi. Dampaknya OPT justru akan ”membalas” dengan terjadinya resistensi dan resurjensi. Jadi, solusinya hanya satu. Aplikasi pestisida harus sesuai anjuran.

Cara termudah menggunakan pestisida sesuai anjuran adalah dengan membaca petunjuk yang terdapat pada label kemasan. Ini harus selalu ditekankan pada petani, karena petani hanya menggunakan pestisida sesuai kebiasaan setempat dan terkadang disama ratakan antar pestisida.

Permasalahannya, dosis yang tercantum di kemasan biasanya dalam satuan ml/l. Padahal kebiasaan petani menggunakan satuan ”berapa tutup tiap tank?”. Perbedaan satuan ini membuat bingung dan akhirnya cenderung untuk mengabaikan anjuran. 

Karena itu saya akan coba bahas cara sederhana menghitung dosisnya pestisida dengan satuan ”tutup/tank”. Satuan tidak standar sebenarnya, tapi satuan inilah yang mudah difahami :)

Contoh kasus:
Sebuah pestisida Abrakadabra memiliki dosis anjuran untuk hama penggerek batang 0,75 – 1,5 ml/l. Cara aplikasi dan volume semprotnya adalah penyemprotan volume tinggi dengan volume semprot 400-500 l air/ha.

Biasanya ditampilkan dalam bentuk tabel:

PETUNJUK PENGGUNAAN
Tanaman dan jasad sasaran
Konsentrasi formulasi
Cara Aplikasi & volume semprot
Waktu dan interval aplikasi
Padi
-Penggerek batang
0,75 – 1,5 ml/l
penyemprotan volume tinggi dengan volume semprot 400-500 l air/ha.


Saat terjadi serangan….dst
 
Asumsi:
  • Konsentrasi formulasi 1,5 ml/l.
  • Volume semprot 500 l/ha.
  • Volume tangki rata-rata: 14 l
  • Tutup pestisida ukuran sedang dengan diameter 3 cm dan tinggi 1,5 cm, perkiraan volumenya adalah 10 ml. (ini yang ditulis oleh pabriknya lo ya, jgn dihitung dengan rumus. Karena ketebalan tutup berbeda. Tapi perkiraan ini bisa dijadikan panduan)
Sebetulnya untuk menentukan dosis tutup/tank sangat mudah. Caranya adalah konsentrasi formulasi x jumlah liter.

Untuk kasus diatas (tank 14 liter)  berarti 1,5 x 14 = 21 ml. Setara dengan 2 (dua) tutup/tank.

Sebenarnya sangat mudah. Namun terkadang muncul pertanyaan apa fungsi volume semprot? Ini digunakan untuk menghitung kebutuhan setiap hektar. Bisa juga kebutuhan per tanki dihitung dari sini. 

Satu ha lahan membutuhkan                   : 1,5 x 500       =  750 ml pestisida
Satu ha lahan membutuhkan                   : 500/14           = 35,7 dibulatkan 36  tanki air.
Untuk setiap satu tanki air, membutuhkan : 750/36           = 20 ml pestisida.
Maka setiap tanki membutuhkan              : 20/10             = 2 tutup/tanki

Mudah kan?
Sebagai panduan kita. Rata-rata tutup kecil volumenya 3 ml. Untuk tutup sedang volumenya adalah 10 ml. 

Dari pengalaman, rata-rata kebutuhan insektisida untuk padi dengan dosis 1-2 ml/l menggunakan tank ukuran 14 liter adalah:
  • Tutup kecil (3-5 ml)   : 4-6 tutup/tank
  • Tutup sedang (10ml) : 2-3 tutup/tank

Semoga bermanfaat. 

Bot Pranadi


sumber gambar: agribisnis73.blogspot.com
18:28 | 4 comments

Memahami ToksisitasPestisida

Written By Admin on Sunday, 26 February 2012 | 19:16

Sahabat Gagas Pertanian, pestisida hakekatnya adalah racun. Meskipun penggunaannya sangat bermanfaat dalam dunia pertanian, namun kita tak boleh lupakan dasarnya, Pestisida Adalah Racun. Pestisida mengandung bahan aktif yang mempengaruhi sistem tubuh hama dan penyakit sasaran. Mekanismenya sangat bervariasi tergantung jenis bahan aktifnya. Karena itu penting bagi kita untuk memahami label pestisida sebagai sumber informasi primer. Selain itu pengetahuan mengenai toksisitas pestisida dan mekanismenya layak untuk mendapat perhatian. Tulisan Drh. Darmono MSc ini sangat menarik untuk kita fahami. 

          Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur dan gulma). Sehingga pestisida dikelompokkan menjadi :
-          Insektisida (pembunuh insekta)
-          Fungisida ( pembunuh jamur)
-          Herbisida (pembunuh tanaman pengganggu)

Pestisida  telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kepinding, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang. Kematian yang disebabkan oleh keracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena kecelakaan waktu menggunakannya, maupun karena disalah gunakan (unttuk bunuh diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya  toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga.

            Diantara jenis atau pengelompokan pestisida tersebut diatas, jenis insektisida banyak digunakan dinegara berkembang, sedangkan herbisida banyak digunakan dinegara yang sudah maju. Dalam beberapa data Negara-negara yang banyak menggunakan pestisida adalah sebagai berikut
-          Amerika Serikat 45%
-          Eropa Barat 25%
-          Jepang 12%
-          Negara berkembang lainnya 18%

Dari data tersebut terlihat bahwa negara berkembang seperti Indonesia, penggunaan pestisida masih tergolong rendah. Bila dihubungkan dengan pelestarian lingkungan maka penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena akan membahayakan kesehatan bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya.
 
1.      Klasifikasi Pestisida
Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan.

Klasifikasi
Bentuk Kimia
Bahan active
Keterangan
1. Insektisida
Botani


Carbamat




Organophosphat






Organochlorin
Nikotine
Pyrethrine
Rotenon
Carbaryl
Carbofuran
Methiocorb

Thiocarb
Dichlorovos
Dimethoat

Palathion
Malathion
Diazinon
Chlorpyrifos
DDT
Lindane
Dieldrin
Eldrin
Endosulfan
gammaHCH
Tembakau
Pyrtrum
-
toksik kontak
toksik sistemik
bekerja pada lambung
juga moluskisida
toksik kontak
toksik kontak, sistemik

toksik kontak
toksik kontak
kontak dan ingesti

kontak, ingesti
persisten
persisten
kontak, ingesti
kontak, ingesti
Herbisida
Aset anilid
Amida
Diazinone
Carbamate

Triazine

Triazinone
Atachlor
Propachlor
Bentazaone
Chlorprophan
Asulam
Athrazin
Metribuzine
Metamitron
Sifat residu

Kontak




Toksin kontak
Fungisida
Inorganik



Benzimidazole
Hydrocarbon-phenolik
Bordeaux mixture
Copper oxychlorid
Mercurous chloride
Sulfur
Thiabendazole
Tar oil
Protektan
Proteoktan


Protektan, sistemik
Protektan, kuratif

2. Organophosphat
            Lebih dari 50.000 komponen organophosphate telah disynthesis dan diuji untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja dewasa ini. Semua produk organophosphate tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada bola mata.
a)      struktur komponen organophosphate
Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan tersebut digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal synthesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis: malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta..




b)     Mekanisme toksisitas
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.  Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.




Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.



Pada bentuk ini enzim mengalami phosphorylasi.

Tabel 1. Nilai LD50 insektisida organofosfat
Komponen
LD50 (mg/Kg)
Akton
Coroxon
Diazinon
Dichlorovos
Ethion
Malathion
Mecarban
Methyl parathion
Parathion
Sevin
Systox
TEPP
  146
    12
  100
    56
    27
1375
    36
    10
      3
  274
      2,5
      1


c)      Gejala keracunan
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.


Tabel 2. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.
Efek
Gejala
1. Muskarinik
-          Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
-          Kejang perut
-          Nausea dan vomitus
-          Bradicardia
-          Miosis
-          Berkeringat
2. nikotinik
-          Pegal-pegal, lemah
-          Tremor
-          Paralysis
-          Dyspnea
-          Tachicardia
3. sistem saraf pusat
-          Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
-          Sakit kepala
-          Emosi tidak stabil
-          Bicara terbata-bata
-          Kelemahan umum
-          Convulsi
-          Depresi respirasi dan gangguan jantung
-          Koma

Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.
3) Carbamate
            Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta.

Strukrure Carbamate insektisida









Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida dengan komponen aktifnya adalah SevineR.
Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim achE dihambat dan mengalam karbamilasi.

Dalam bentuk ini enzim mengalami karbamilasi

4) Organochlorin
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer  dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.

Tabel 3. Klasifikasi insektisida organokhlorin
Kelompok
Komponen
Cyclodienes
Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor, endrin, Toxaphen, Kepon, Mirex.
Hexachlorocyclohexan
Lindane
Derivat Chlorinated-ethan
DDT



 
Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, wlaupun komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.
DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai berikut:
Nausea, vomitus
Paresthesis pada lidah, bibir dan muka
Iritabilitas
Tremor
Convulsi
Koma
Kegagalan pernafasan
Kematian
5) Pengobatan
            Pengobatan keracunan pestisida ini harus cepat dilakukan terutama untuk toksisitas organophosphat.. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan  terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan yang berat , pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal, kercaunan mesti terjadi dan gejala segera timbul.
            Pengobatan dengan pemberian atrophin sulfat dosis 1-2 mg i.v. dan biasanya diberikan setiap jam dari 25-50 mg. Atrophin akan memblok efek muskarinik dan beberapa pusat reseptor muskarinik. Pralidoxim (2-PAM) adalah obat spesifik untuk antidotum keracunan organofosfat. Obat tersebut dijual secara komersiil dan tersedia sebagai garam chlorin (geocities.com)


sumber gambar: go4healthylife.com

Bot Pranadi



19:16 | 0 comments

Tips Memahami Label Pestisida

Hama dan penyakit pertanian merupakan salah satu masalah yang mendapat perhatian khusus dalam budidaya pertanian. Ia adalah faktor penting penentu keberhasilan panen satu komoditas. Karenanya industri pun menganggap kondisi ini sebagai peluang bisnis yang menggiurkan. Mulailah masuk berbagai macam pestisida untuk menangani serangan hama dan penyakit pada tanaman. 

Kondisi ini disatu sisi menguntungkan bagi petani karena petani memiliki pilihan pestisida yang cukup banyak untuk menanggulangi gangguan hama dan penyakit. Namun disisi lain, dengan kondisi sosial ekonomi petani yang mayoritas adalah penduduk desa dengan umur tua, variasi pestisida yang tinggi ini dapat menyebabkan ketidaktepatan penggunaan pestisida akibat salah kaprah fungsi dan dosis pestisida yang beredar dilapangan. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidak tahuan petani akan petunjuk penggunaan pestisida. Padahal informasi penting mengenai pestisida sudah melekat pada kemasan pestisida itu sendiri, dengan catatan pestisida yang telah terdaftar dan diakui oleh pemerintah. Informasi ini terletak pada label kemasan. 
Label adalah bagian yang sangat penting dalam kemasan pestisida. Label memberikan informasi produk yang terdapat dalam kemasan, namun sayangnya konsumen seringkali mengabaikan dan tidak memperhatikannya. Label bukan hanya semata-mata untuk melindungi kepentingan konsumen, tetapi juga seluruh stakeholder yang berperan dalam industri pertanian. Membangun rasa tanggung jawab dan kredibilitas industri melalui pengawasan masyarakat, sehingga industri pangan akan berkembang dengan diiringi kepercayaan oleh masyarakat. 

Petani sudah harus mulai cerdas untuk memilih pestisida apa yang paling tepat dan bagaimana mengaplikasikannya. Salah satu cara yang paling utama adalah dengan mencermati label kemasan. Menurut Permentan Nomor: 07/Permentan/SR.140/2/2007 mengenai Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, Label adalah tulisan dan dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang memberikan keterangan tentang pestisida, dan melekat pada wadah atau pembungkus pestisida. Pestisida yang telah terdaftar dengan izin sementara atau izin tetap harus ditempatkan dalam wadah. Wadah pestisida tersebut harus tidak mudah pecah atau robek, atau dilindungi wadah lain supaya tidak rusak, tidak bereaksi dengan pestisidanya atau korosif, sehingga bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.
Pewadahan kembali suatu formulasi pestisida hanya dapat dilakukan oleh pemegang pendaftaran pestisida yang bersangkutan atau pihak lain yang ditunjuknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Karena itu setiap pembelian pestisida harus dicermati betul siapa pemegang pendaftarannya. Ini akan kita bahas nanti.

Petani harus memperhatikan bahwa Permentan telah menetapkan bahwa setiap wadah pestisida harus diberi label, yang ditempelkan dan tidak mudah lepas atau dicetak pada wadah. Jika petani membeli pestisida, perhatikan apakah label kemasannya mudah lepas atau tidak. Jika mudah lepas, patut dicurigai apakah pestisida tersebut palsu atau tidak.

Semua keterangan pada label dan lampiran petunjuk penggunaan harus dicantumkan dalam bahasa Indonesia dengan kata-kata yang tidak bersifat agitatif seperti misalnya kata-kata “dahsyat”, “hebat”, “super” atau “ampuh”, serta dilarang mencantumkan gambar organisme sasaran yang tidak terdaftar. Penggunaan bahasa asing diperbolehkan hanya apabila menterjemahkan halhal yang dinilai penting yang telah disebutkan pula dalam bahasa Indonesia. Selain itu keterangan dan tanda peringatan pada label harus dicetak jelas, mudah dibaca atau dilihat, mudah dipahami dan tidak mudah terhapus.

Beberapa hal yang wajib dicantumkan pada label keterangan adalah berikut (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2011) :
  1. Nama dagang formula;
  2. Jenis pestisida;
  3. Nama dan kadar bahan aktif;
  4. Isi atau berat bersih dalam kemasan;
  5. Peringatan keamanan;
  6. Klasifikasi dan simbol bahaya;
  7. Petunjuk keamanan;
  8. Gejala keracunan;
  9. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
  10. Perawatan medis;
  11. Petunjuk penyimpanan;
  12. Petunjuk penggunaan;
  13. Piktogram;
  14. Nomor pendaftaran;
  15. Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang, nomor pendaftaran;
  16. Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number) serta bulan dan tahun kadaluwarsa;
  17. Petunjuk pemusnahan.
Selain keterangan tersebut pada setiap Label wajib dicantumkan kalimat “Bacalah Label Sebelum Menggunakan Pestisida!” Tulisan ini biasanya dicantumkan dengan jelas agar setiap pengguna pestisida memperhatikan informasi yang terdapat dalam kemasan.
Ke 17 (tujuhbelas) keterangan tersebut penting untuk diketahui petani, namun kenyataannya sulit bagi petani untuk mencermati dan memahami semuanya.  Karena itu ada beberapa item  yang perlu diprioritaskan untuk dibaca dan dipahami oleh petani setiap membeli produk pestisida.

1. Bentuk Formulasi.
Menurut Permentan Nomor: 07/Permentan/SR.140/2/2007 mengenai Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, Formulasiadalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan (direktorat pupuk dan pestisida, 2011)
Bentuk formulasi pestisida dapat diketahui dengan melihat kode yang tercantum dalam kemasan  :
  1. Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang dapat diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan dalam air (AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang dicairkan (LG).
  2. Formulasi Padat terdiri dari : Formulasi tepung yang dapat disuspensikan atau Wettable Powder (WP) atau disebut juga Dispersible Powder (DP), Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble Powder (SP) formulasi butiran atau Granula (G), Pekatan debu atau Dust Concentrate (DC), Formulasi pestisida dalam bentuk debu atau Dust (D), Formulasi umpan atau Block Bait (BB), formulasi tablet mempunyai kode TB (Tablet).
  3. Formulasi padatan lingkar mempunyai kode MC

2. Bahan Aktif Pestisida
Bahan Aktif adalah bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung dalam Pestisida dan pada umumnya merupakan bahan yang berdaya racun. Bahan aktif ini umumnya selektif digunakan untuk jenis OPT tertentu. Kesalahan pembelian pestisida menyebabkan ketidaktepatan bahan aktif yang dipergunakan untuk membasmi. Bisa jadi OPT yang disemprot dapat mati mengingat hakekat bahan aktif yang terkandung adalah racun. Misalkan werengpun jika disemprot dengan obat nyamuk juga dapat mati. Namun biasanya memberikan dampak negatif susulan yang justru lebih merugikan semisal resistensi dan resurjensi. Resistensi adalah menurunnya kepekaan hama, penyebab penyakit dan /atau gulma terhadap Pestisida tertentu (Kebal). Sedang Resurjensi adalah peningkatan populasi organisme sasaran setelah perlakuan dengan Pestisida.
Selain itu penggunaan pestisida yang tidak tepat juga akan mematikan musuh alami dan merusak ekosistem alami. Oleh karena itu saat membeli pestisida harus dipilih bahan aktif yang paling tepat. 
Terdapat 39 (tigapuluh sembilan) bahan aktif yang dilarang sebagaimana dilihat pada tabel 1. Bahan aktif ini harus dihindari. 

  1. Dosis dan petunjuk penggunaan.
Dosis adalah Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang digunakan untuk mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas tertentu. Efektivitas penggunaan Pestisida diperoleh melalui penggunaan dosis yang tepat. Ketidak taatan dalam menggunakan dosis Pestisida dapat menyebabkan resistensi yang akan semakin merugikan petani. (dirjen prasarana dan sarana pertanian, 2011)
Penggunaan pestisida harus sesuai dosis anjuran, tidak hanya menganut tradisi setempat. Masing-masing pestisida memiliki petunjuk penggunaan yang berbeda sesuai karakteristik pestisida tersebut. Kebiasaan yang muncul pada petani adalah menyamaratakan metode aplikasi pestisida dengan abai pada kekhasan setiap pestisida. Hasil yang optimum hanya bisa dicapai jika pestisida digunakan sesuai petunjuk penggunaan. 
5. Menggunakan Pestisida Yang Terdaftar Dan Diijinkan Menteri
Pertanian.
Tidak dibenarkan menggunakan Pestisida yang tidak terdaftar dan tidak mendapat ijin Menteri Pertanian, karena tidak diketahui kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanannya bagi lingkungan.
6. Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number) serta bulan dan tahun kadaluwarsa
Setiap produk pestisida memiliki umur penggunaan yang ditandai dengan masa kadaluarsa. Kadaluarsa berarti suatu produk sudah tidak layak lagi untuk digunakan karena mengalami perubahan sifat baik fisik maupun kimia sehingga hasil tidak akan sesuai dengan yang diharapkan dan memiliki kemungkinan memberikan efek samping yang negatif. 
Setiap pembelian pestisida harus dicermati mengenai tanggal kadaluarsa. Petani harus menjadi konsumen yang cerdas agar tidak menjadi korban pedagang. Di khawatirkan pedagang nakal menjual barang yang sudah kadaluarsa karena khawatir merugi. 
7. Memahami kelas bahaya pestisida
Tabel 2: Klasifikasi dan symbol bahaya pestisida
Kelas Berbahaya
Keterangan yang perlu dicantumkan di dalam label
Pernyataan berbahaya
Warna
Simbol Bahaya
Simbol Kata
Ia.
Sangat berbahaya sekali
Sangat beracun
Coklat Tua

Sangat Beracun
Ib.
Berbahaya sekali
Beracun
Merah Tua

Beracun
II.
Berbahaya
Berbahaya
Kuning Tua

Berbahaya
III.
Cukup berbahaya
Perhatian
Biru Muda

Perhatian!!!
IV.
Tidak berbahaya pada pemakaian normal

Hijau



8. memahami pictogram atau gambar
Pengguna diharapkan juga mempelajari piktogram (tanda-tanda gambar) yang terdapat pada kemasan Pestisida atau pada brosur/ leaflet Pestisida
Gambar diatas merupakan simbol kegiatan atau penggunaan yang semestinya dilakukan oleh petani. Semisal gambar sarung tangan berarti petani dianjurkan untuk menggunakan sarung tangan saat aplikasi. Gambar orang cuci tangan bermakna petani harus cuci tangan dan membersihkan badannya setelah menggunakan pestisida. 

Bot Pranadi
sumber gambar: arianus.worpress.com
18:13 | 1 comments

Welcome Guys

ayo sehat tips sehat diabetes
makan sehat apa aja dimakan
oke lah kalo begitu

Categories